Tentang Tujuanmu Hidup dan Hidup Seperti Hujan.
Tentang Tujuanmu Hidup dan Hidup Seperti Hujan.
Apa kau percaya bahwa seekor lalat pun punya tujuan penciptaannya?. Maksudku, bukan spesies lalat, tapi satu ekor lalat tertentu, misalnya lalat yang tadi pagi higgap di pojok kamarmu. Anggaplah namanya Elvis. Ya Elvis si lalat dan bukan lalat yang lain, juga bukan seluruh lalat. Apa kau percaya bahwa Elvis si lalat pun punya misi tertentu yang telah diinstallkan Allah ketika menciptakannya?. Jika kau tida percaya berarti kau menganggap Allah menciptakan Elvis si lalat dengan sia-sia. Dan kita bersama tahu, itu sangat mustahil. Jadi Elvis si lalat pasti punya tujuan penciptaannya sendiri yang berbeda dengan lalat-lalat lainnya, tujuan penciptaan yang hanya dimiliki Elvis si lalat saja. Bisa saja misinya adalah menyebarakan virus Ebola di Indonesia, hehe, nauzubillah. Tapi poinnya adalah bahkan Elvis si lalat pun ada tujuannya hidup di dunia ini.
Lalu, jika seekor Elvis saja punya tujuan hidup, maka seorang manusia juga pasti punya tujuan tertentu yang telah ditetapkan Allah. Sekali lagi, bukan sebagai spesies homo sapiens, tapi sebagai seorang, (Yaa anggaplah) Ayub. Maka jawaban menajdi khalifah Allah atau untuk menyembah-Nya tidaklah tepat meskipun benar. Kedua hal itu adalah tujuan bersama kita, common mission. Tujuan kita sebagai manusia. Nah, yang aku maksud adalah tujuan Allah menciptakan kita sebagai seorang individu. Aku sampai sekarang yakin hal seperti itu ada. Pertanyaannya sekarang adalah apa tujuan itu?, atau yang lebih misterius ; bagaimana kita tahu apa tujuan kita diciptakan?.
Dua pertanyaan di akhir paragraph sebelumnya itu kerap datang bertamu ke pikiranku ketika sedang menunggu pesanan telur goreng (tidak pake cabe yaa Bu…) di warung Lek Edi. Atau kapanpun aku lagi memikirkannya .Apa kau penasaran apakah aku menemukan jawabannya?. Jika iya maka silakan kecewa, jika tidak yaa mari kita pikrikan bersama. Dan mengapa aku begitu Ge eR menyangkau kau penasanran?. Hehe. Kawan, aku menuliskan beberapa paragraph ini hanya untuk berbagi kegelisahan, dan mungkin di sini aku akan menawarkan alternative jawaban. Aku berharap kau juga punya alternative jawaban, biar tanda tanya ini kita luruskan jadi tanda seru (kau bisa mengimajinasikannya kan?, tanda tanya yang bengkok seperti kail bajak laut itu kita luruskan jadi tanda seru). Karena jika kita telah menemukan jawabanya alias telah yakin tujuan kita diciptakan Allah apa, kita akan hidup seperti hujan. Hanya mengalir, turun, membasahi, tanpa beban, tanpa pretensi apa-apa.
Menurutku, salah satu cara mengetahui apa tujuan kita diciptakan Allah adalah dengan senantiasa peka terhadap bisik ide. Begini, apa kau pernah secara tiba-tiba,terpikirkan untuk melakukan sesuatu yang hebat?. Ingin menuliskan sesuatu?. Ingin menliti sesautu?. Ingin memberikan sesuatu pada seseorang?. Dan seterusnya. Pernah?. Nah untuk versi yang tidak pakai “secara tiba-tiba”, apa yang kau pikirkan ketika sedang mencari judul risalah/skripsimu?. Apa kau terpikirkan untuk meneliti suatu topic?. Ingin menelaah konsep qawwam menurut al-Razi?. Ingin menelaah-kritis tajdidul fiqhnya Jamal al-Banna?. Ini jika study mayor-mu adalah syari’ah atau tafsir hadis, tentu beda lagi bagi mereka yang menceburkan diri ke bidang lainnya. Atau bagi teman-teman aktivis, ingin merintis desa binaan di Gunung Kidul?, ingin membuat aksi berbagi besar-besaran?.
Semua ide itu, baik yang datang tiba-tiba maupun yang datang setelah kau mencari wangsit atau inspirasi kemana-mana, baik yang sifatnya jangka pendek ataupun yang jangka panjang, sekali seumur hidup ataupun yang berkala berkelanjutan… semua ide itu, harus kau antisipasi jangan-jangan itulah tujuanmu diciptakan Allah ta’ala dan baru diilhamkan padamu ketika waktu eksekusinya sudah mendekat. Kecuali kau benar-benar yakin itu adalah ide dari setan, misalnya tiba-tiba kau dibisiki kepalamu sendiri untuk ngutil Silverqueen di Indomaret hehe.
Nah kawan, jagalah ide-ide itu, ikat mereka. Ingat kan pesan Ali bin Abi Thalib penghulunya para pemuda cerdas dan kritis?, ya petuah agung itu “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, ikatlah ide dengan menuliskannya. Sempatkan dirimu untuk mencatat beragam ide yang datang padamu. Karena lagi-lagi siapa tahu semua bisikan itu adalah puzzle bagi tujun ultima kamu ada di Bumi ini. Atau bahkan semuanya saja kita anggap tujuan kita diciptakan. Dan selama semua itu adalah kebaikan mengapa tidak?.
Semoga dengan berpikir seperti itu, bahwa ide-ide yang muncul dalam benak kita baik ketika sedang menulis skripsi, mengerjakan tugas makalah, laporan, dan seterusnya adalah ilham dari Pencipta kita bahwa itulah tujuan kita diciptakan, kita akan menjalani hidup ini seperti setiap butir tetes hujan yang memang tahu untuk apa ia terjun bebas dari langit ke bumi sehingga ia hanya terjun, datang, membasahi tanpa pretense apa-apa. Dengan begitu, galau dan semacamnya akan hilang. Semogaaa….
Read Full Post
Senin, 23 April 2012 | 1 komentar